Aksi Pemberontakan
Berawal dari sebuah masjid kecil di Kota Madinah, Juhayman
al-Otaibi dan Muhammad al-Qahthani membentuk suatu kelompok yang mereka namai
al-Jamaah al-Salafiyah al-Muhtasiba di tahun 1965. Tahun 1974, Juhayman keluar dari Universitas Islam Madinah.
Ia bersama beberapa pengikutnya kembali ke kampung halamannya di Qasim. Ia
mematangkan pergerakan yang ia bentuk tahun 1965 di Madinah dan mulai
menggembosi masyarakat dengan pampflet-pamflet yang provokatif mencela
pemerintah.
Akhir tahun 1970-an, Juhayman pindah ke Riyadh dan pada
tahun 1978 ia mengadakan demonstrasi menentang kerajaan di ibu kota negeri kaya
minyak itu. Ia dan 100 orang pengikutnya pun ditahan oleh pihak keamanan. Setelah mendapatkan lobi, maka ia pun dibebaskan.
Akhirnya hari yang mengerikan itu tiba,
tanggal 20 November 1979, di waktu shalat subuh, Juhayman bersama 270 orang
pengikutnya masuk ke Masjid al-Haram. Mereka membaur bersama jamaah yang masuk
ke dalam masjid untuk menunaikan shalat subuh. Mereka membawa beberapa peti
jenazah dan mengatakan kepada penjaga bahwa peti itu berisi jenazah yang akan
dishalatkan bersama jamaah masjid, padahal peti tersebut berisi lusinan senjata
yang akan mereka gunakan untuk membajak Masjid al-Haram.
Selama shalat subuh berlangsung, orang-orang Juhaiman
menggembok pintu-pintu Masjid al-Haram dan menempatkan dua penjaga untuk
masing-masing pintu. Selepas shalat subuh mereka mulai membajak masjid, masjid
yang kala itu penjagaannya tidak seketat sekarang sangat mudah mereka kuasai.
Syaikh Muhammad al-Subayyil yang mengimami shalat subuh kala itu menyatakan,
ketika shalat subuh usai mereka segera mengambil mikropon dan mengumumkan bahwa
mahdi telah muncul.
Juhayman memperkenalkan sang mahdi, Muhammad al-Qahthani, kepada para jamaah. Lalu kelompok ini membaiat al-Qahthani di Masjid al-Haram, sambil meletupkan tembakan ke udara mereka mengintimidasi jamaah agar membaiat al-Qahthani juga.
Para jamaah haji dipersilahkan meninggalkan masjid, sementara warga Arab Saudi asli dipaksa untuk melakukan baiat. Pihak keamaan masjid yang tidak bersenjata berusaha menindak mereka, namun semua petugas tersebut tewas ditembak. Tumpahlah darah di tanah haram dan di masjid suci, Masjid al-Haram. Demikian juga sebagian jamaah (warga Arab Saudi) yang mencoba melarikan diri keluar masjid, mereka semua yang ketahuan tewas oleh keganasan kelompok Juhayman ini.
Juhayman memperkenalkan sang mahdi, Muhammad al-Qahthani, kepada para jamaah. Lalu kelompok ini membaiat al-Qahthani di Masjid al-Haram, sambil meletupkan tembakan ke udara mereka mengintimidasi jamaah agar membaiat al-Qahthani juga.
Para jamaah haji dipersilahkan meninggalkan masjid, sementara warga Arab Saudi asli dipaksa untuk melakukan baiat. Pihak keamaan masjid yang tidak bersenjata berusaha menindak mereka, namun semua petugas tersebut tewas ditembak. Tumpahlah darah di tanah haram dan di masjid suci, Masjid al-Haram. Demikian juga sebagian jamaah (warga Arab Saudi) yang mencoba melarikan diri keluar masjid, mereka semua yang ketahuan tewas oleh keganasan kelompok Juhayman ini.
Tanggal 5 Desember 1979 pasukan Saudi dan Garda Nasional
bertekad mengakhiri pembajakan ini. Mereka mulai memutus suplai air dan listrik
ke Masjid al-Haram karena sebagian sandera sudah bisa diselamatkan. Pasukan
kerajaan menekan para pembuat onar ini ke daerah yang jauh dari Ka’bah.
Sebagian dari mereka menyerah dan sebagian yang lain tetap melanjutkan
pertempuran sampai akhirnya mereka berhasil diringkus.
Pengikut Juhaiman al-Utaibi
ilmfeed.com
Tanggal 10 Januari 1980, Juhayman dan 63 atau 67 orang
pengikutnya dihukum pancung. Para pengikutnya yang terdiri dari warga Arab
Saudi, Mesir, Kuwait, Yaman, Sudan, dan Irak dieksekusi di beberapa kota
berbeda, sementara Juhayman dieksekusi di Mekah.
Peristiwa ini pun
menjadi headline di media massa di Indonesia. Berikut adalah dokumentasi dari Koran
Kompas atas peristiwa tahun 1979 ini.
photo: Damaji Ratmono